Awal Sejarah Buku Dunia
Zaman dahulu cara komunikasi masih mengandalkan lisan. Untuk menyampaikan informasi, do’a, nyanyian, cerita-cerita ataupun syair, disampaikan dengan cara lisan dari mulut ke mulut. Ciri yang menandai tradisi ini adalah menghafal. Semakin hari semakin banyak saja hal-hal yang harus dihafal. Karena banyaknya, sehingga akhirnya mereka kesulitan dan tidak mampu menghafalkannya lagi. Sehingga terpikirlah untuk menuangkannya ke dalam tulisan.
Kemudian lahirlah yang disebut sebagai buku kuno. Buku kuno saat itu, belum berupa tulisan yang tercetak di atas kertas seperti sekarang ini. Buku kuno ditulis di atas keping-keping batu (prasasti) atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus. Papyrus merupakan tumbuhan sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di pinggiran Sungai Nil. Mesir adalah bangsa yang pertama mengenal tulisan yang disebut hieroglif.
Tulisan hieroglif yang dipakai bangsa Mesir kuno bentuk hurufnya berwujud gambar-gambar. Mereka menuliskannya di batu-batu atau di kertas papyrus. Kertas papyrus bertuliskan dan berbentuk gulungan ini yang disebut sebagai bentuk awal buku atau buku kuno. Bangsa Romawi juga memanfaatkan papyrus untuk membuat tulisan. Panjang gulungan papyrus itu terkadang bisa mencapai puluhan meter. Hal ini sungguh merepotkan orang yang menulis atau yang membacanya.
Karena itu, gulungan papyrus ada yang dipotong-potong. Papyrus paling panjang berada di British Museum di London yang mencapai 40,5 meter. Kesulitan memakai gulungan papyrus, dikemudian hari mengantarkan perkembangan bentuk buku mengalami perubahan. Perubahan itu sejalan dengan fitrah manusia yang menginginkan kemudahan. Melalui akalnya, manusia terus berpikir untuk mengadakan peningkatan dalam peradaban kehidupannya.
Pada awal abad pertengahan, gulungan papyrus digantikan oleh lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi oleh kulit kayu yang keras yang dinamakan codex. Perkembangan berikutnya, orang Timur Tengah memakai kulit domba yang disamak dan dibentangkan. Lembar ini disebut pergamenum yang setelahnya disebut perkamen yang artinya kertas kulit. Perkamen lebih kuat, lebih mudah dipotong dan dibuat berlipat-lipat sehingga lebih mudah digunakan. Ini adalah bentuk awal dari buku yang berjilid.